Laporan Observasi Perkembangan
Anak Prasekolah
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 13 Helvetia
BAB I
Pendahuluan
Masa usia dini merupakan “golden age priod” dimana
pada masa ini perkembangan anak baik fisik, kognitif (emosi maupun sosial),
berkembang dengan baik dan cepat. Anak berkembang melalui interaksi dengan
lingkungan. Salah satu lingkungan yang berperan adalah orang tua. Namun dengan
tuntutan yang semakin berat membuat orang tua semakin jarang bersama
anaknya,dan jumlah ibu yang bekerja meningkat sehingga sebaian besar orangtua
mendaftarkan anak-anak mereka ke TK (taman kanak-kanak). Orang tua berharap
bahwa di Taman Kanak-kanak (TK) anak akan mendapatkan stimulasi yang memadai
bagi perkembangan anak. Pada lingkungan belajar di luar rumah atau di TK, anak
akan belajar dan mendapat stimulasi. TK (taman kanak-kanak) merupakan salah
satu pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal untuk rentang usia
empat sampai enam tahun. Pendidikan anak usia dini atau TK (taman kanak-kanak)
pada hakekatnya adalah pembelajaran yang diselenggarakan bertujuan untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau
menekankan pada pengembangan seluruh aspek keperibadian anak. Oleh karena itu,
pendidikan anak usia dini terutama TK perlu menyediakan kegiatan yang dapat
mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif, bahasa,
sosial, fisik, motorik dan emosi.
Lokasi
observasi
Nama
: TK Aisyiyah Bustanul Athfal 13 Helvetia
Alamat
: Jl. Tanjung IV/
Kamboja raya
Perumnas Helvetia, Medan
Jumlah
anak 1 kelas : 22 anak
Nama
kepala TK : Fadhillah
Observasi
tempat
Letak
tata ruang
Tata
rungan kelas di TK cukup nyaman unuk
anak, ruangan kira-kira 5x5 meter, dengan susunan kusi yang saling berhadapan
sehingga memudahkan intraksi anak dengan temannya, dan membuat anak lebih
leluasa bermain didalam kelas tanpa harus berdesakan dengan teman lain.
Dekorasi kelas yang bervariasi ada dan memudahkan anak mengenal benda dengan
melihat dekorasi yang dipajang dengan format benda-benda atau nama-nama
tertentu dan jugagambar-gambar yang mendidik. Didalam ruangan kelas juga terdapat
loker tempat buku anak-anak sehingga kerapian tetapterjaga dan melatih anak
untuk meletakkan buku pada tempatnya dan merapikannya. Serta juga terdapat
tempat sampah, guna untuk mengajari anak untuk tidak membuang sampah
disembarang tempat. Tata letak ruang di TKnya cukup sederhana dan mudah bagi
anak untuk mengenali tata letak tempat. Dimana runga belajar dan ruang pendidik
yang sejajar dan di depan semua ruangan terdapat tempat bermain anak, sehingga
pendidik lebih leluasa dalam mengontrol bermain anak.
Tempat
bermain
Tempat
bermain di TK cukup bervariasi, dan
bisa membantu anak dalam pelatihan sensori motor kasar. Tempat bermain terdiri
dari, tempat seluncuran, goa, ayunan, jembatan bergantung dan lain-lain. Semua
anak bisa meningkatu permainan denga leluasa.
Jadwal
observasi
Tiba
di TK : pukul 10.40 ( pada saat jam bermain anak TK)
Observasi
di kelas : mulai 11.00 -12.00
BAB II
Landasan Teori
Perkembangan anak prasekolah atau anak
TK
Periode awal berlangsung dari umur dua sampai enam
tahun, sedang periode akhir masa kanak berkisar antara enam sampai tiba saatnya
anak matang secara seksual, dengan demikian awal masa kanak-kanak dimulai
sebagai penutup masa bayi; usia dimana ketergantungan secara praktis sudah
dilewati, diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir di sekitar usia
sekolah dasar. Anak usia empat sampai dengan enam tahun merupakan bagian dari
anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai dengan enam tahun.
Pada usia ini biasanya disebut sebagai anak usia prasekolah. Para pendidik
menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah, untuk
membedakannya dari saat di mana anak dianggap cukup tua, baik secara fisik dan
mental, untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai mengikuti
pendidikan formal.
Usia dini merupakan masa keemasan (golden age) yang
hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Penanaman
Pendidikan di TK merupakan letak dasar penanaman perkembangan anak yang
memiliki dimensi perkembangan dan pertumbuhan yang berbeda serta setiap anak
memiliki perkembangan yang sangat unik, sehingga dibutuhkan stimulasi
pendidikan yang baik.
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu bentuk
stimulasi yang pada dasarnya adalah upaya-upaya intervensi yaitu menciptakan
lingkungan sekitar anak usia dini agar mampu menstimulasi seluruh aspek
perkembangan anak. Intervensi merupakan sejumlah informasi yang diatur melalui
pembelajaran tertentu untuk pertumbuhan, perkembangan maupun perubahan
perilaku. Anak belajar melalui berbagai cara antara lain melalui imitasi,
melakukan sesuatu atau mencoba dan mengalami (Einon, 2005).
Lingkungan menyediakan sesuatu yang dibutuhkan anak,
dan anak akan memanfaatkan apa yang ditawarkan oleh lingkungan. Orang dewasa
dapat melatih, menjelaskan, dan mengoreksi anak, atau menunjukkan sesuatu
kepada anak. Dan melalui pembelajaran usia dini (TK) seorang anak mendapatkan
kontrol yang lebih efektif dalam pengenalan lingkungan dan persiapan mental
untuk menghadapi lingkungan baru, seperti sekolah dasar (SD) dan jenjang
sekolah lainnya.
Ciri-ciri dan prinsip tumbuh kembang
anak antara lain perkembangan menimbulkan perubahan yaitu perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan, setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan
fungsi. Misalnya perkembangan intelegensi pada anak akan menyertai pertumbuhan
otak dan serabut saraf ; Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal
menentukan perkembangan selanjutnya yaitu setiap anak tidak bisa melewati satu
tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya ; Pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda yaitu sebagaimana pertumbuhan,
perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan
fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak
; Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan yaitu pada saat pertumbuhan
berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental,
memori, daya nalar, asosiasi dan lainlain. Anak sehat, bertambah umur,
bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
Tahap perkembangan anak umur 3 – 5 tahun
berbeda – beda, anak yang berumur 3-4 tahun tahap perkembangannya adalah :
berdiri 1 kaki 2 detik, melompat kedua kaki diangkat, mengayuh sepeda roda
tiga, menggambar garis lurus, menumpuk 8 buah kubus, mengenal 2-4 warna,
menyebut nama umur dan tempat, mengerti arti kata di atas, di bawah dan di
depan, mendengarkan cerita, mencuci dan mengeringkan tangan sendiri, bermain
bersama teman dan mengikuti aturan permainan, mengenakan sepatu sendiri,
mengenakan celana panjang, kemeja dan baju. Tahap perkembangan anak umur 4-5
tahun adalah : berdiri 1 kaki 6 detik, melompatlompat 1 kaki, menari, mengambar
tanda silang, menggambar lingkaran, menggambar orang dengan 3 bagian tubuh,
mengancing baju atau pakaian boneka, menyebut nama lengkap tanpa dibantu,
senang menyebut kata-kata baru, senang bertanya tentang sesuatu, menjawab
pertanyaan dengan katakata yang benar, bicaranya mudah dimengerti, bisa
membandingkan sesuatu dari ukuran dan bentuknya, menyebut angka dam menghitung
jari, menyebut nama-nama hari, berpakaian sendiri tanpa dibantu, menggosok gigi
tanpa dibantu, bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu (Rusmil, 2008).
Berdasarkan
pendekatan pada anak usia dini atau pada masa TK (taman kanak-kanak) berada
pada masa praoperasional. Karena pada usia ini belum siap untuk melakukan
operasi mental yang logis, yang mana baru bisa mereka lakukan pada saat
mencapai tahap konkrit oprational pada masa anak-anak tengah. Pada tahap
praoperational ini berlangsung pada usia 2 sampai 7 tahun, ditandai oleh
ekspansi yang besar dalam penggunaan pemikiran-pemikiran simbolis atau
kemampuan reseptasi yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotor. Fungsi
simbolis memungkinkan anak untuk merefleksikan tentang orang, objek dan
kejadian yang tidak ada pada sat ini.
Perkembangan
simbolis awal membantu anak praoprerational membuat penilaian yang lebih akurat
mengenai hubungan spasial. Mereka bisa memahami konsep-konsep identitas,
mengaitkan sebab akibat mengenai situasi yang familiar, mengkatagorikan benda
hidup dan benda mati, dan memahami perinsip berhitung. Ada 5 tahap prinsip
berhitung pada anak prasekolah : 1. One to one ( dimana anak menebutkan nomor
satu kali untuk satu hal yang dihitung). 2. Prinsip urutan yang tepat ( dimana
anak menyebutkan nomor sesuai urutannya). 3. Prinsip ketidakrelevana ururtan
(dimana anak menghitung benda, dengan jumlah total yang tetap sama). 4. Prinsip
kardinalitas (dimana anak menganggap nomor terahir adalah jumlah dari
hitungan). 5. Prinsip abstraksi (perinsip-perinsip sebelumnya berlau untuk
semua objek).
Teori
tentang pemikiran yang berkembang dengan jelas pada usia 3 samapai 5 tahun
antara lain, kesadaran mengenai proses berfikir si anak itu sendiri, kognisi
sosial, pemahaman bahwa orang dapat memiliki keyakinan yang keliru, kemampuan
untuk memperdaya, kemampuan membedakan penampilan, serta kenyataan dan
kemampuan membedakan kenyataan dan fantasi. Pemahaman keinginan orang lain
tumbuh mendahului pemahaman mengenai keyakinan meraka. Kemampuan untuk
membedakan antara emosi yang tampak dan emosi yang asli tumbuh belakangan.
Pengaruh proses kematangan dan lingkungan mempengaruhi perbedaan indivudual
mengenai perkembangan teori tentang fikiran. Selama masa kanak-kanak awal atau
usia prasekolah kosakata meningkat dengan pesat, tata bahasa dan sintaks
menjadi lebih kompleks, anak menjadi lebih kompeten dalam hal pragmatis.
Sebagian anak juga mengalami private speech, hal ini dapat membantu dalam
menumbuhkan pengaturan diri dan biasanya hilang pada usia 10 tahun. Namun untuk
penyebab keterlambatan perkembangan bahasa belum jelas, jika tidak ditangani
keterlambatan perkembangan bahasa dapat memiliki akibat kognitif, sosial dan
emosional yang serius. Dengan berintraksi denga orang dewasa dapat membantu
menigkatkan kemunculan kemampuan membaca dan berbicara.
Dalam perkembangan psikososial, konsep
diri merupakan hal yang paling berkembang pada masa kanak-kanak awal, dimana
konsep diri adalalah perasaan terhadap diri, gambaran deskiriptif dan evaluatif
mengenai kemampuan dan trait-trait seseorang. Menurut aliran Neo Piaget
defenisi diri beralih dari refresentasi refresentasi tunggal menjadi pemetaan representational.
Anal kecil tidak melihat perbedaan antar diri sebenarnya dan diri ideal. Dan
disini budaya sangat mempengaruhi definisi diri yaitu gabungan karakteristik
yang digunakan untuk menggambarkan karakter diri sendiri. Harga diri pada masa
kanak-kanak awal cenderung bersifat global dan tidak realistis, mencerminkan
persetujuan orang tua. Harga diri (self esteem) adalah penilaian yang dibual
seseorang mengenai keberhargaan dirinya sendiri. Pemahaman emosi yang diarahkan
pada diri sendiri dan pemahaman emosi yang berbarengan timbul secara bertahap.
Emosi bagi anak usia dini
merupakan hal yang penting, karena dengan emosi anak dapat memusatkan
perhatian, dan emosi memberikan daya bagi tubuh serta mengorganisasi
pikir untuk disesuaikan dengan kebutuhan. Lebih lanjut Hansen dan
Zambo (2007) menjelaskan tentang contoh fungsi emosi dalam
kehidupan anak usia dini, misal: takut adalah salah satu
emosi yang digunakan untuk ”survival”. Pada saat emosi takut muncul pada
anak, maka anak menjadi sadar terhadap lingkungan dan menimbulkan sikap
hati-hati pada diri anak. Senyum merupakan ekspresi emosi senang, dengan senyum
anak akan mampu memberikan tanda kepada sekitarnya tentang situasi yang dialami
dan kebutuhan untuk melakukan hubungan antar pribadi. Singkat kata emosi
membantu anak sepanjang waktu untuk bertahan dan berkomunikai dengan
lingkungan. Emosi berkembang sepanjang waktu, emosi pada anak usia dini
berkembang dari yang sederhana menjadi ke suatu kondisi yang lebih kompleks.
Emosi berkembang sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Menurut
Bronfenbreuner (Santrock, 2006) ada sejumlah sistem yang berpengaruh terhadap
perkembangan anak yaitu mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem dan
kronosistem. Salah satu sistem yang paling kuat dan langsung pengaruh nya
terhadap perkembangan anak adalah mikrosistem. Adapun yang dimaksud dengan
lingkungan mikro oleh Bronfenbreuneur adalah situasi lingkungan yang
menyebabkan anak dapat melakukan kontak langsung dan saling mempengaruhi.
Lingkungan mikro mempunyai peran khusus dalam perkembangan anak, karena dalam
mikrossitem ini terdapat unsur orangtua, guru dan juga mencakup kuantitas.dan
kualitas pengasuhan.
Menurut Erikson konflik perkembangan
pada masa kanak-kanak awal adalah insiatif vensus rasa bersalah ( initiative vs
guilt), initiative vs guilt merupakan tahap ketiga dari perkembangan
psikososial Erikson dimana anak menyeimbangkan dorongan untuk mencapai tujuan
dengan kepatuhan moral yang dapat mencegah mereka melakukan hal ersebut. Disini
merupakan kebutuhan anak untuk mengatasi emosi yang bertentangan mengenai diri
sendiri. Dan kesuksesan resolusi konflik ini akan menghasilkan “kebajikan”
tujuan, keberanian untuk membayangkan dan mengejar sebuah tujuan tanpa dikekang
oleh perasaan bersalah atau ketakutan terhadap hukuman.
Dalam perkembangan psikososial anak
prasekolah mulai mengetahui perbedaan gender. Dan memahami identitas gender
mereka. Perbedaan utama pada gender dimasa kanak-kanak awal adalah agresivitas
yang lebih tinggi dari ank laki-laki. Anak perempuan cenderung lebih empatik
dan prososial serta lebih tidak rentan terhadap masalah prilaku. Anak belajar
peran gender pada usia dini melalui penipean gender, sosialisasi, orang tua,
teman sebaya, dimana peran gender ini laki-laki yang harus leih maskulin dan
perempuan yang lebih feminim.
Bermain juga sangan memengan peran yang
sangat besar dalam perkembangan psikososial anak usia dini, ada 3 jenis
bermain: Permaianan fungsional (fungtional play), melibatkan gerakan otot yang
berulang, seperti mengelinding atau memantulkan bola. Permaianan konstruktif
(constructive play), permainan yang menggunakan benda atau material yang
membuat sesuatu seperti rumah dari balok, krayon untuk menggambar. Permainan
pura-pura (pretend play), disebut juga permainan fantasi, dramatis atau
imajinatif, didasarkan pada fungsi simbolis.
Dan seterusnya pola asuh dan hubungan
dengan orang lain juga bisa mempengaruhi perkembangan psikososial anak. Dalam
hal ini ada 3 bentuk pola asuh orang tua pada anak menurut Diana Baumrind
(1971, 1996b;Baumrind & Black,1967): pola asuh otoritarian (authoritarian)
adalah orang tua yang menghargai kontrol dan kepatuhan tanpa banyak tanya.
Orang tua yang permisif (permisive) adalah orang tua yang menghargai ekspresi
diri dan pengaturan diri. Orang tua yang otoritatif ( authoritative) adalah
orang tua yang menghargai individualitas anak tetapi juga menekankan
batasan-batasan sosial.
BAB III
Pembahasan
Hasil
observasi pada TK Aisyiyah Bustanul Athfal 13 Helvetia, jalan tanjung
IV/Kamboja Raya Perumnas Helvetia Medan ;
Anak-anak merupakan investasi yang sangat penting
bagi sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Dalam rangka mempersiapakan SDM
yang berkualitas untuk masa depan, pendidikan merupakan salah satu hal yang
penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan investasi masa
depan yang diyakini dapat memperbaiki kehidupan suatu bangsa. Memberikan
perhatian yang lebih kepada anak usia dini untuk mendapatkan pendidikan,
merupakan salah satu langkah yang tepat untuk menyiapkan generasi unggul yang
akan meneruskan perjuangan bangsa.
Pada pukul 10.40 kelompok observasi tiba di lokasi,
pada saat murid-murid sedang istirahat dan bermain di luar ruangan. Pukul 11.00
murid-murid kembali kedalam kelas bersama dengan kelompok observasi. Kegiatan
selanjutnya adalah makan siang. Sebelum makan siang murid-murid harus
mempersiapkan diri terlebih dahulu, dan duduk dengan rapi pada kursi yang telah
disusun melingkar berkelompok. Kegiatan selanjutnya adalah doa bersama sebelum
makan yang dipimpin oleh seorang murid. Kelompok yang terpilih untuk mengambil
makanan terlebih dahulu adalah kelompok yang paling rapi. Setelah selesai
makan, murid-murid akan membaca doa sesudah makan dan membersihkan ruangan
kelas. Usai makan siang murid-murid akan bergantian kedepan untuk melafalkan
doa-doa harian beserta artinya. Setelah semua murid selesai melafalkan doa-doa,
murid-murid tersebut akan diajak kembali untuk bermain. Pukul 12.00 murid-murid
akan pulang ke rumah masing-masing.
Aspek perkembangan pertama adalah perkembangan
fisik. Hasil observasi menunjukkan bahwa murid-murid sudah memiliki fisik yang
matang, selama proses pembelajaran berlangsung mereka terus bergerak aktif
tanpa terjadi gangguan yang berarti. Kemampuan motorik kasar dan motorik
halusnya juga sudah berkembang. Hal tersebut terlihat ketika mereka bermain
baik didalam ruangan maupun diluar ruangan. Sebagian besar dari mereka bergerak
aktif, berlari dan memanjat (motorik kasar), makan sendiri, membuka tutup botol
minuman dan menutup atau membuka tas (motorik halus).
Aspek kedua adalah perkembangan kognitif, dapat
dilihat dari kemampuan murid-murid dalam mengikuti permainan berdasarkan
peraturan-peraturan tertentu, misalnya sebelum memulai permainan murid-murid
berhitung terlebih dahulu dalam bahasa inggris dan arab. Hal ini membuktikan
anak prasekolah sudah melewati prinsip berhitung sampai di tahap keempat yaitu
prinsip kardinalitas. Anak prasekolah belum mencapai tahap kelima sesuai
dengan perkembangan anak prasekolah
menurut Piaget yaitu tahap praoperasional dimana anak belum memiliki kemampuan
abstraksi. Murid-murid sudah mampu
menyampaikan sesuatu dengan kalimat yang benar dan dimengerti, mampu melafalkan
doa-doa beserta artinya dengan baik meskipun dengan sedikit bantuan.
Aspek ketiga adalah perkembangan psikososial.
Berdasarkan hasil observasi, terlihat banyak emosi yang muncul saat
berinteraksi baik dengan guru, teman, atau dengan kelompok observasi sebagai
orang yang baru ditemui. Sebagian besar murid memiliki emosi yang stabil,
ceria, tidak terlihat adanya kecemasan.
Murid-murid juga terlihat mandiri ketika tidak
berada di dekat kaluarga. Ada seorang murid yang memiliki sifat pemalu dan sedikit
memiliki kecemasan ketika bertemu dengan orang baru. Murid ini menunjukkan
respon menangis ketika salah seorang dari kelompok observasi barusaha mengajak
berbicara. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan psikososial anak prasekolah
belum sepenuhnya matang. Murid dengan sifatnya yang pemalu merasa keadaan
dirinya tidak nyaman sehingga ia memberi respon tangisan untuk menunjukkan rasa
tidak nyaman ketika bertemu dengan orang baru.
Berdasarkan
teori Erikson anak prasekolah berada pada konflik perkembangan initiative vs
guilt. Sebagian besar murid TK Aisyiyah yang diobservasi sudah mampu mencapai
initiative. Murid-murid sudah mengerti apa yang harus dilakukan ketika ada
teman yang membutuhkan bantuan. Contohnya ketika salah satu murid menangis,
beberapa murid lain datang menghampiri dan menenangkannya. Murid-murid juga
sudah berani mengajukan diri untuk melakukan instruksi dari guru, contohnya
ketika melafalkan doa kedepan kelas. Konsep perbedaan gender juga sudah
dimiliki para murid.
Penanaman Pendidikan di TK merupakan letak dasar
penanaman perkembangan anak yang memiliki dimensi perkembangan dan pertumbuhan
yang berbeda serta setiap anak memiliki perkembangan yang sangat unik, sehingga
dibutuhkan stimulasi pendidikan yang baik.Percaya diri merupakan salah satu
perkembangan anak yang harus distimulasi oleh seorang pendidik di TK. Salah
satunya dengan cara bermain. Bermain merupakan kegiatan yang dapat menstimulasi
dimensi perkembangan anak bukan hanya menstimulasi percaya diri anak tapi juga
melatih perkembangan bahasa anak, anak harus dapat berpikir dengan cepat dan
anak harus bisa beradaptasi dengan teman sesama. Sehingga diharapkan dengan
dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak yang tadi pendiam menjadi riang, yang
tadinya takut menjadi berani, atau yang tadinya rendah diri menjadi percaya
diri.Hal ini dapat tercipta tidak terlepas dari peran guru TK dalam menciptakan
kegiatan bermain yang menyenangkan bagi anak.
Terkait dengan kesiapan sekolah, Hurlock (dalam
Sulistiyaningsih, 2005) menyatakan bahwa kesiapan bersekolah terdiri dari
kesiapan secara fisik dan psikologis, yang meliputi kesiapan emosi, sosial dan
intelektual. Seorang anak dikatakan telah memiliki kesiapan fisik bila
perkembangan motoriknya sudah matang, terutama koordinasi antara mata dengan
tangan (visio-motorik) berkembang baik. Kesiapan emosional sudah dicapai
apabila anak secara emosional dapat cukup mandiri lepas dari bantuan dan
bimbingan orang dewasa, tidak mengalami kesulitan untuk berpisah dalam waktu
tertentu dengan orangtuanya, dapat menerima dan mengerti setiap tuntutan di
sekolah, serta dapat mengontrol emosinya seperti rasa marah, takut, dan iri.
Selain itu anak harus sudah dapat bekerjasama, saling menolong, menunggu
giliran untuk suatu tugas dan sebagainya. Anak yang telah siap secara sosial
akan mudah menyesuaikan diri dengan harapan-harapan dan aturan-aturan di
sekolah. Menurut Haditono (1986) kesiapan sosial anak dapat dilihat dari
kemampuan menyesuaikan diri terhadap orang yang baru dikenal, seperti guru dan
teman-teman barunya. Kesiapan intelektual telah dimiliki anak apabila anak
sudah mampu mengenal berbagai macam simbol untuk huruf, angka, gambar, serta
kata-kata yang digunakan untuk menyebut suatu benda, berpikir secara kritis,
menggunakan penalaran walaupun masih sederhana dalam memecahkan masalah mampu
berkonsentrasi dan memiliki daya ingat yang baik sehingga anak dapat mengikuti
pelajaran dengan lancar (Sulistiyaningsing, 2005).
Hasil penelitian Djohaeni (2006) menunjukkan bahwa
pendidikan TK mampu memberikan kontribusi pada anak dalam mengembangkan seluruh
aspek perkembangan yang dimilikinya. Alasan minat orangtua memasukkan anaknya
ke TK sangat beragam, diantaranya agar mampu belajar disiplin,
mampubersosialisi, mandiri, juga agar anak mempunyai kesiapan sekolah saat SD.
Setelah seorang anak menyelesaikan pendidikan prasekolah di taman kanak-kanak,
seorang anak akan bersiap untuk mengikuti pendidikan formal di sekolah dasar.
Seorang anak yang belum pernah mengikuti atau menyelesaikan pendidikan
prasekolah di taman kanak-kanak biasanya belum siap untuk mengikuti pendidikan
formal di sekolah dasar, sehingga kesiapan bersekolah menjadi sangat penting.
Sayangnya hal ini tidak dipahami semua orangtua (Djohaeni, 2008). Seperti
terungkap dalam wawancara dengan ST (Jurang, 25-05-10) orang tua yang mempunyai
anak SD yang tidak mengikuti pendidi kan TK mengatakan bahwa memasukkan anak ke
pendidikan TK itu dirasa tidak begitu penting karena hanya diajarkan bernyanyi
dan bermain, tetapi harus membayar mahal. Selain itu pendidikan TK juga bukan
merupakan prasyarat wajib untuk masuk SD. Baginya agar anak dapat membaca,
menulis, dan berhitung akan diajarkan di SD. Hasil penelitian Sulistiyaningsih
(2005) menyatakan bahwa kesiapan bersekolah menjadi penting artinya karena anak
yang telah memiliki kesiapan untuk bersekolah akan memperoleh keuntungan dan
kemajuan dalam perkembangan selanjutnya. Sementara itu anak yang tidak memiliki
kesiapan, justru akan frustrasi bila ditempatkan di lingkungan akademis.
Berbagai bentuk perilaku sebagai cerminan frustrasi ini diantaranya adalah
menarik diri, berlaku acuh tak acuh, dan lain-lain.
BAB
IV
Kesimpulan
dan Saran
Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang
berada dalam usia prasekolah, yang merupakan sosok individu yang sedang berada
dalam proses perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses perubahan
perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks,
suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang
mandiri. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar
menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir,
perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam
lingkungan hidupnyaProses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal
dapat ditempuh di taman kanak-kanak. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan
yang ditujukan untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran agar anak dapat
mengembangkan potensi-potensinya sejak dini sehingga anak dapat berkembang
secara wajar sebagai seorang anak. Melalui suatu proses pembelajaran sejak usia
dini, diharapkan anak tidak saja siap untuk memasuki jenjang pendidikan lebih
lanjut, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan
fisik-motorik, intelektual, sosial, dan emosi sesuai dengan tingkat usianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar