Minggu, 22 Juni 2014

"Psikologi Perkembangan"



Laporan Observasi Perkembangan 
Anak Prasekolah
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 13 Helvetia

BAB I
Pendahuluan

Masa usia dini merupakan “golden age priod” dimana pada masa ini perkembangan anak baik fisik, kognitif (emosi maupun sosial), berkembang dengan baik dan cepat. Anak berkembang melalui interaksi dengan lingkungan. Salah satu lingkungan yang berperan adalah orang tua. Namun dengan tuntutan yang semakin berat membuat orang tua semakin jarang bersama anaknya,dan jumlah ibu yang bekerja meningkat sehingga sebaian besar orangtua mendaftarkan anak-anak mereka ke TK (taman kanak-kanak). Orang tua berharap bahwa di Taman Kanak-kanak (TK) anak akan mendapatkan stimulasi yang memadai bagi perkembangan anak. Pada lingkungan belajar di luar rumah atau di TK, anak akan belajar dan mendapat stimulasi. TK (taman kanak-kanak) merupakan salah satu pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal untuk rentang usia empat sampai enam tahun. Pendidikan anak usia dini atau TK (taman kanak-kanak) pada hakekatnya adalah pembelajaran yang diselenggarakan bertujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek keperibadian anak. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini terutama TK perlu menyediakan kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif, bahasa, sosial, fisik, motorik dan emosi.

Lokasi observasi
Nama                           :  TK Aisyiyah Bustanul Athfal 13 Helvetia
Alamat                        : Jl. Tanjung IV/ Kamboja raya
                                       Perumnas Helvetia, Medan
Jumlah anak 1 kelas    : 22 anak
Nama kepala TK         : Fadhillah

Observasi tempat
Letak tata ruang
Tata rungan kelas di TK    cukup nyaman unuk anak, ruangan kira-kira 5x5 meter, dengan susunan kusi yang saling berhadapan sehingga memudahkan intraksi anak dengan temannya, dan membuat anak lebih leluasa bermain didalam kelas tanpa harus berdesakan dengan teman lain. Dekorasi kelas yang bervariasi ada dan memudahkan anak mengenal benda dengan melihat dekorasi yang dipajang dengan format benda-benda atau nama-nama tertentu dan jugagambar-gambar yang mendidik. Didalam ruangan kelas juga terdapat loker tempat buku anak-anak sehingga kerapian tetapterjaga dan melatih anak untuk meletakkan buku pada tempatnya dan merapikannya. Serta juga terdapat tempat sampah, guna untuk mengajari anak untuk tidak membuang sampah disembarang tempat. Tata letak ruang di TKnya cukup sederhana dan mudah bagi anak untuk mengenali tata letak tempat. Dimana runga belajar dan ruang pendidik yang sejajar dan di depan semua ruangan terdapat tempat bermain anak, sehingga pendidik lebih leluasa dalam mengontrol bermain anak.

Tempat bermain
Tempat bermain di TK   cukup bervariasi, dan bisa membantu anak dalam pelatihan sensori motor kasar. Tempat bermain terdiri dari, tempat seluncuran, goa, ayunan, jembatan bergantung dan lain-lain. Semua anak bisa meningkatu permainan denga leluasa.

Jadwal observasi
Tiba di TK : pukul 10.40 ( pada saat jam bermain anak TK)
Observasi di kelas : mulai 11.00 -12.00


BAB II
Landasan Teori

Perkembangan anak prasekolah atau anak TK

Periode awal berlangsung dari umur dua sampai enam tahun, sedang periode akhir masa kanak berkisar antara enam sampai tiba saatnya anak matang secara seksual, dengan demikian awal masa kanak-kanak dimulai sebagai penutup masa bayi; usia dimana ketergantungan secara praktis sudah dilewati, diganti dengan tumbuhnya kemandirian dan berakhir di sekitar usia sekolah dasar. Anak usia empat sampai dengan enam tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada pada rentangan usia lahir sampai dengan enam tahun. Pada usia ini biasanya disebut sebagai anak usia prasekolah. Para pendidik menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah, untuk membedakannya dari saat di mana anak dianggap cukup tua, baik secara fisik dan mental, untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai mengikuti pendidikan formal.

Usia dini merupakan masa keemasan (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Penanaman Pendidikan di TK merupakan letak dasar penanaman perkembangan anak yang memiliki dimensi perkembangan dan pertumbuhan yang berbeda serta setiap anak memiliki perkembangan yang sangat unik, sehingga dibutuhkan stimulasi pendidikan yang baik.


Pendidikan anak usia dini merupakan suatu bentuk stimulasi yang pada dasarnya adalah upaya-upaya intervensi yaitu menciptakan lingkungan sekitar anak usia dini agar mampu menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak. Intervensi merupakan sejumlah informasi yang diatur melalui pembelajaran tertentu untuk pertumbuhan, perkembangan maupun perubahan perilaku. Anak belajar melalui berbagai cara antara lain melalui imitasi, melakukan sesuatu atau mencoba dan mengalami (Einon, 2005).

Lingkungan menyediakan sesuatu yang dibutuhkan anak, dan anak akan memanfaatkan apa yang ditawarkan oleh lingkungan. Orang dewasa dapat melatih, menjelaskan, dan mengoreksi anak, atau menunjukkan sesuatu kepada anak. Dan melalui pembelajaran usia dini (TK) seorang anak mendapatkan kontrol yang lebih efektif dalam pengenalan lingkungan dan persiapan mental untuk menghadapi lingkungan baru, seperti sekolah dasar (SD) dan jenjang sekolah lainnya.

Ciri-ciri dan prinsip tumbuh kembang anak antara lain perkembangan menimbulkan perubahan yaitu perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensi pada anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf ; Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya yaitu setiap anak tidak bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya ; Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda yaitu sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak ; Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan yaitu pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lainlain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

Tahap perkembangan anak umur 3 – 5 tahun berbeda – beda, anak yang berumur 3-4 tahun tahap perkembangannya adalah : berdiri 1 kaki 2 detik, melompat kedua kaki diangkat, mengayuh sepeda roda tiga, menggambar garis lurus, menumpuk 8 buah kubus, mengenal 2-4 warna, menyebut nama umur dan tempat, mengerti arti kata di atas, di bawah dan di depan, mendengarkan cerita, mencuci dan mengeringkan tangan sendiri, bermain bersama teman dan mengikuti aturan permainan, mengenakan sepatu sendiri, mengenakan celana panjang, kemeja dan baju. Tahap perkembangan anak umur 4-5 tahun adalah : berdiri 1 kaki 6 detik, melompatlompat 1 kaki, menari, mengambar tanda silang, menggambar lingkaran, menggambar orang dengan 3 bagian tubuh, mengancing baju atau pakaian boneka, menyebut nama lengkap tanpa dibantu, senang menyebut kata-kata baru, senang bertanya tentang sesuatu, menjawab pertanyaan dengan katakata yang benar, bicaranya mudah dimengerti, bisa membandingkan sesuatu dari ukuran dan bentuknya, menyebut angka dam menghitung jari, menyebut nama-nama hari, berpakaian sendiri tanpa dibantu, menggosok gigi tanpa dibantu, bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu (Rusmil, 2008).

Berdasarkan pendekatan pada anak usia dini atau pada masa TK (taman kanak-kanak) berada pada masa praoperasional. Karena pada usia ini belum siap untuk melakukan operasi mental yang logis, yang mana baru bisa mereka lakukan pada saat mencapai tahap konkrit oprational pada masa anak-anak tengah. Pada tahap praoperational ini berlangsung pada usia 2 sampai 7 tahun, ditandai oleh ekspansi yang besar dalam penggunaan pemikiran-pemikiran simbolis atau kemampuan reseptasi yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotor. Fungsi simbolis memungkinkan anak untuk merefleksikan tentang orang, objek dan kejadian yang tidak ada pada sat ini.

Perkembangan simbolis awal membantu anak praoprerational membuat penilaian yang lebih akurat mengenai hubungan spasial. Mereka bisa memahami konsep-konsep identitas, mengaitkan sebab akibat mengenai situasi yang familiar, mengkatagorikan benda hidup dan benda mati, dan memahami perinsip berhitung. Ada 5 tahap prinsip berhitung pada anak prasekolah : 1. One to one ( dimana anak menebutkan nomor satu kali untuk satu hal yang dihitung). 2. Prinsip urutan yang tepat ( dimana anak menyebutkan nomor sesuai urutannya). 3. Prinsip ketidakrelevana ururtan (dimana anak menghitung benda, dengan jumlah total yang tetap sama). 4. Prinsip kardinalitas (dimana anak menganggap nomor terahir adalah jumlah dari hitungan). 5. Prinsip abstraksi (perinsip-perinsip sebelumnya berlau untuk semua objek).

Teori tentang pemikiran yang berkembang dengan jelas pada usia 3 samapai 5 tahun antara lain, kesadaran mengenai proses berfikir si anak itu sendiri, kognisi sosial, pemahaman bahwa orang dapat memiliki keyakinan yang keliru, kemampuan untuk memperdaya, kemampuan membedakan penampilan, serta kenyataan dan kemampuan membedakan kenyataan dan fantasi. Pemahaman keinginan orang lain tumbuh mendahului pemahaman mengenai keyakinan meraka. Kemampuan untuk membedakan antara emosi yang tampak dan emosi yang asli tumbuh belakangan. Pengaruh proses kematangan dan lingkungan mempengaruhi perbedaan indivudual mengenai perkembangan teori tentang fikiran. Selama masa kanak-kanak awal atau usia prasekolah kosakata meningkat dengan pesat, tata bahasa dan sintaks menjadi lebih kompleks, anak menjadi lebih kompeten dalam hal pragmatis. Sebagian anak juga mengalami private speech, hal ini dapat membantu dalam menumbuhkan pengaturan diri dan biasanya hilang pada usia 10 tahun. Namun untuk penyebab keterlambatan perkembangan bahasa belum jelas, jika tidak ditangani keterlambatan perkembangan bahasa dapat memiliki akibat kognitif, sosial dan emosional yang serius. Dengan berintraksi denga orang dewasa dapat membantu menigkatkan kemunculan kemampuan membaca dan berbicara.

Dalam perkembangan psikososial, konsep diri merupakan hal yang paling berkembang pada masa kanak-kanak awal, dimana konsep diri adalalah perasaan terhadap diri, gambaran deskiriptif dan evaluatif mengenai kemampuan dan trait-trait seseorang. Menurut aliran Neo Piaget defenisi diri beralih dari refresentasi refresentasi tunggal menjadi pemetaan representational. Anal kecil tidak melihat perbedaan antar diri sebenarnya dan diri ideal. Dan disini budaya sangat mempengaruhi definisi diri yaitu gabungan karakteristik yang digunakan untuk menggambarkan karakter diri sendiri. Harga diri pada masa kanak-kanak awal cenderung bersifat global dan tidak realistis, mencerminkan persetujuan orang tua. Harga diri (self esteem) adalah penilaian yang dibual seseorang mengenai keberhargaan dirinya sendiri. Pemahaman emosi yang diarahkan pada diri sendiri dan pemahaman emosi yang berbarengan timbul secara bertahap.

Emosi bagi anak usia dini merupakan hal yang penting, karena dengan emosi anak dapat memusatkan perhatian, dan emosi memberikan daya bagi tubuh serta mengorganisasi pikir untuk disesuaikan dengan kebutuhan. Lebih lanjut Hansen dan Zambo (2007) menjelaskan tentang contoh fungsi emosi dalam kehidupan anak usia dini, misal: takut adalah salah satu emosi yang digunakan untuk ”survival”. Pada saat emosi takut muncul pada anak, maka anak menjadi sadar terhadap lingkungan dan menimbulkan sikap hati-hati pada diri anak. Senyum merupakan ekspresi emosi senang, dengan senyum anak akan mampu memberikan tanda kepada sekitarnya tentang situasi yang dialami dan kebutuhan untuk melakukan hubungan antar pribadi. Singkat kata emosi membantu anak sepanjang waktu untuk bertahan dan berkomunikai dengan lingkungan. Emosi berkembang sepanjang waktu, emosi pada anak usia dini berkembang dari yang sederhana menjadi ke suatu kondisi yang lebih kompleks. Emosi berkembang sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Menurut Bronfenbreuner (Santrock, 2006) ada sejumlah sistem yang berpengaruh terhadap perkembangan anak yaitu mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem dan kronosistem. Salah satu sistem yang paling kuat dan langsung pengaruh nya terhadap perkembangan anak adalah mikrosistem. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan mikro oleh Bronfenbreuneur adalah situasi lingkungan yang menyebabkan anak dapat melakukan kontak langsung dan saling mempengaruhi. Lingkungan mikro mempunyai peran khusus dalam perkembangan anak, karena dalam mikrossitem ini terdapat unsur orangtua, guru dan juga mencakup kuantitas.dan kualitas pengasuhan.

Menurut Erikson konflik perkembangan pada masa kanak-kanak awal adalah insiatif vensus rasa bersalah ( initiative vs guilt), initiative vs guilt merupakan tahap ketiga dari perkembangan psikososial Erikson dimana anak menyeimbangkan dorongan untuk mencapai tujuan dengan kepatuhan moral yang dapat mencegah mereka melakukan hal ersebut. Disini merupakan kebutuhan anak untuk mengatasi emosi yang bertentangan mengenai diri sendiri. Dan kesuksesan resolusi konflik ini akan menghasilkan “kebajikan” tujuan, keberanian untuk membayangkan dan mengejar sebuah tujuan tanpa dikekang oleh perasaan bersalah atau ketakutan terhadap hukuman.

Dalam perkembangan psikososial anak prasekolah mulai mengetahui perbedaan gender. Dan memahami identitas gender mereka. Perbedaan utama pada gender dimasa kanak-kanak awal adalah agresivitas yang lebih tinggi dari ank laki-laki. Anak perempuan cenderung lebih empatik dan prososial serta lebih tidak rentan terhadap masalah prilaku. Anak belajar peran gender pada usia dini melalui penipean gender, sosialisasi, orang tua, teman sebaya, dimana peran gender ini laki-laki yang harus leih maskulin dan perempuan yang lebih feminim.

Bermain juga sangan memengan peran yang sangat besar dalam perkembangan psikososial anak usia dini, ada 3 jenis bermain: Permaianan fungsional (fungtional play), melibatkan gerakan otot yang berulang, seperti mengelinding atau memantulkan bola. Permaianan konstruktif (constructive play), permainan yang menggunakan benda atau material yang membuat sesuatu seperti rumah dari balok, krayon untuk menggambar. Permainan pura-pura (pretend play), disebut juga permainan fantasi, dramatis atau imajinatif, didasarkan pada fungsi simbolis.

Dan seterusnya pola asuh dan hubungan dengan orang lain juga bisa mempengaruhi perkembangan psikososial anak. Dalam hal ini ada 3 bentuk pola asuh orang tua pada anak menurut Diana Baumrind (1971, 1996b;Baumrind & Black,1967): pola asuh otoritarian (authoritarian) adalah orang tua yang menghargai kontrol dan kepatuhan tanpa banyak tanya. Orang tua yang permisif (permisive) adalah orang tua yang menghargai ekspresi diri dan pengaturan diri. Orang tua yang otoritatif ( authoritative) adalah orang tua yang menghargai individualitas anak tetapi juga menekankan batasan-batasan sosial.

BAB III
Pembahasan

Hasil observasi pada TK Aisyiyah Bustanul Athfal 13 Helvetia, jalan tanjung IV/Kamboja Raya Perumnas Helvetia Medan ;  

Anak-anak merupakan investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Dalam rangka mempersiapakan SDM yang berkualitas untuk masa depan, pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan investasi masa depan yang diyakini dapat memperbaiki kehidupan suatu bangsa. Memberikan perhatian yang lebih kepada anak usia dini untuk mendapatkan pendidikan, merupakan salah satu langkah yang tepat untuk menyiapkan generasi unggul yang akan meneruskan perjuangan bangsa.


Pada pukul 10.40 kelompok observasi tiba di lokasi, pada saat murid-murid sedang istirahat dan bermain di luar ruangan. Pukul 11.00 murid-murid kembali kedalam kelas bersama dengan kelompok observasi. Kegiatan selanjutnya adalah makan siang. Sebelum makan siang murid-murid harus mempersiapkan diri terlebih dahulu, dan duduk dengan rapi pada kursi yang telah disusun melingkar berkelompok. Kegiatan selanjutnya adalah doa bersama sebelum makan yang dipimpin oleh seorang murid. Kelompok yang terpilih untuk mengambil makanan terlebih dahulu adalah kelompok yang paling rapi. Setelah selesai makan, murid-murid akan membaca doa sesudah makan dan membersihkan ruangan kelas. Usai makan siang murid-murid akan bergantian kedepan untuk melafalkan doa-doa harian beserta artinya. Setelah semua murid selesai melafalkan doa-doa, murid-murid tersebut akan diajak kembali untuk bermain. Pukul 12.00 murid-murid akan pulang ke rumah masing-masing.  

Aspek perkembangan pertama adalah perkembangan fisik. Hasil observasi menunjukkan bahwa murid-murid sudah memiliki fisik yang matang, selama proses pembelajaran berlangsung mereka terus bergerak aktif tanpa terjadi gangguan yang berarti. Kemampuan motorik kasar dan motorik halusnya juga sudah berkembang. Hal tersebut terlihat ketika mereka bermain baik didalam ruangan maupun diluar ruangan. Sebagian besar dari mereka bergerak aktif, berlari dan memanjat (motorik kasar), makan sendiri, membuka tutup botol minuman dan menutup atau membuka tas (motorik halus).

Aspek kedua adalah perkembangan kognitif, dapat dilihat dari kemampuan murid-murid dalam mengikuti permainan berdasarkan peraturan-peraturan tertentu, misalnya sebelum memulai permainan murid-murid berhitung terlebih dahulu dalam bahasa inggris dan arab. Hal ini membuktikan anak prasekolah sudah melewati prinsip berhitung sampai di tahap keempat yaitu prinsip kardinalitas. Anak prasekolah belum mencapai tahap kelima sesuai dengan  perkembangan anak prasekolah menurut Piaget yaitu tahap praoperasional dimana anak belum memiliki kemampuan abstraksi.  Murid-murid sudah mampu menyampaikan sesuatu dengan kalimat yang benar dan dimengerti, mampu melafalkan doa-doa beserta artinya dengan baik meskipun dengan sedikit bantuan.

Aspek ketiga adalah perkembangan psikososial. Berdasarkan hasil observasi, terlihat banyak emosi yang muncul saat berinteraksi baik dengan guru, teman, atau dengan kelompok observasi sebagai orang yang baru ditemui. Sebagian besar murid memiliki emosi yang stabil, ceria, tidak terlihat adanya kecemasan.

Murid-murid juga terlihat mandiri ketika tidak berada di dekat kaluarga. Ada seorang murid yang memiliki sifat pemalu dan sedikit memiliki kecemasan ketika bertemu dengan orang baru. Murid ini menunjukkan respon menangis ketika salah seorang dari kelompok observasi barusaha mengajak berbicara. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan psikososial anak prasekolah belum sepenuhnya matang. Murid dengan sifatnya yang pemalu merasa keadaan dirinya tidak nyaman sehingga ia memberi respon tangisan untuk menunjukkan rasa tidak nyaman ketika bertemu dengan orang baru.

 Berdasarkan teori Erikson anak prasekolah berada pada konflik perkembangan initiative vs guilt. Sebagian besar murid TK Aisyiyah yang diobservasi sudah mampu mencapai initiative. Murid-murid sudah mengerti apa yang harus dilakukan ketika ada teman yang membutuhkan bantuan. Contohnya ketika salah satu murid menangis, beberapa murid lain datang menghampiri dan menenangkannya. Murid-murid juga sudah berani mengajukan diri untuk melakukan instruksi dari guru, contohnya ketika melafalkan doa kedepan kelas. Konsep perbedaan gender juga sudah dimiliki para murid.

Penanaman Pendidikan di TK merupakan letak dasar penanaman perkembangan anak yang memiliki dimensi perkembangan dan pertumbuhan yang berbeda serta setiap anak memiliki perkembangan yang sangat unik, sehingga dibutuhkan stimulasi pendidikan yang baik.Percaya diri merupakan salah satu perkembangan anak yang harus distimulasi oleh seorang pendidik di TK. Salah satunya dengan cara bermain. Bermain merupakan kegiatan yang dapat menstimulasi dimensi perkembangan anak bukan hanya menstimulasi percaya diri anak tapi juga melatih perkembangan bahasa anak, anak harus dapat berpikir dengan cepat dan anak harus bisa beradaptasi dengan teman sesama. Sehingga diharapkan dengan dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak yang tadi pendiam menjadi riang, yang tadinya takut menjadi berani, atau yang tadinya rendah diri menjadi percaya diri.Hal ini dapat tercipta tidak terlepas dari peran guru TK dalam menciptakan kegiatan bermain yang menyenangkan bagi anak.

Terkait dengan kesiapan sekolah, Hurlock (dalam Sulistiyaningsih, 2005) menyatakan bahwa kesiapan bersekolah terdiri dari kesiapan secara fisik dan psikologis, yang meliputi kesiapan emosi, sosial dan intelektual. Seorang anak dikatakan telah memiliki kesiapan fisik bila perkembangan motoriknya sudah matang, terutama koordinasi antara mata dengan tangan (visio-motorik) berkembang baik. Kesiapan emosional sudah dicapai apabila anak secara emosional dapat cukup mandiri lepas dari bantuan dan bimbingan orang dewasa, tidak mengalami kesulitan untuk berpisah dalam waktu tertentu dengan orangtuanya, dapat menerima dan mengerti setiap tuntutan di sekolah, serta dapat mengontrol emosinya seperti rasa marah, takut, dan iri. Selain itu anak harus sudah dapat bekerjasama, saling menolong, menunggu giliran untuk suatu tugas dan sebagainya. Anak yang telah siap secara sosial akan mudah menyesuaikan diri dengan harapan-harapan dan aturan-aturan di sekolah. Menurut Haditono (1986) kesiapan sosial anak dapat dilihat dari kemampuan menyesuaikan diri terhadap orang yang baru dikenal, seperti guru dan teman-teman barunya. Kesiapan intelektual telah dimiliki anak apabila anak sudah mampu mengenal berbagai macam simbol untuk huruf, angka, gambar, serta kata-kata yang digunakan untuk menyebut suatu benda, berpikir secara kritis, menggunakan penalaran walaupun masih sederhana dalam memecahkan masalah mampu berkonsentrasi dan memiliki daya ingat yang baik sehingga anak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar (Sulistiyaningsing, 2005).

Hasil penelitian Djohaeni (2006) menunjukkan bahwa pendidikan TK mampu memberikan kontribusi pada anak dalam mengembangkan seluruh aspek perkembangan yang dimilikinya. Alasan minat orangtua memasukkan anaknya ke TK sangat beragam, diantaranya agar mampu belajar disiplin, mampubersosialisi, mandiri, juga agar anak mempunyai kesiapan sekolah saat SD. Setelah seorang anak menyelesaikan pendidikan prasekolah di taman kanak-kanak, seorang anak akan bersiap untuk mengikuti pendidikan formal di sekolah dasar. Seorang anak yang belum pernah mengikuti atau menyelesaikan pendidikan prasekolah di taman kanak-kanak biasanya belum siap untuk mengikuti pendidikan formal di sekolah dasar, sehingga kesiapan bersekolah menjadi sangat penting. Sayangnya hal ini tidak dipahami semua orangtua (Djohaeni, 2008). Seperti terungkap dalam wawancara dengan ST (Jurang, 25-05-10) orang tua yang mempunyai anak SD yang tidak mengikuti pendidi kan TK mengatakan bahwa memasukkan anak ke pendidikan TK itu dirasa tidak begitu penting karena hanya diajarkan bernyanyi dan bermain, tetapi harus membayar mahal. Selain itu pendidikan TK juga bukan merupakan prasyarat wajib untuk masuk SD. Baginya agar anak dapat membaca, menulis, dan berhitung akan diajarkan di SD. Hasil penelitian Sulistiyaningsih (2005) menyatakan bahwa kesiapan bersekolah menjadi penting artinya karena anak yang telah memiliki kesiapan untuk bersekolah akan memperoleh keuntungan dan kemajuan dalam perkembangan selanjutnya. Sementara itu anak yang tidak memiliki kesiapan, justru akan frustrasi bila ditempatkan di lingkungan akademis. Berbagai bentuk perilaku sebagai cerminan frustrasi ini diantaranya adalah menarik diri, berlaku acuh tak acuh, dan lain-lain.



BAB IV
Kesimpulan dan Saran

Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada dalam usia prasekolah, yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnyaProses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan yang ditujukan untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran agar anak dapat mengembangkan potensi-potensinya sejak dini sehingga anak dapat berkembang secara wajar sebagai seorang anak. Melalui suatu proses pembelajaran sejak usia dini, diharapkan anak tidak saja siap untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan fisik-motorik, intelektual, sosial, dan emosi sesuai dengan tingkat usianya.









Minggu, 15 Juni 2014

"psikologi pendidikan"


Selayang pandang psikologi pendidikan
Latar Belakang Historis

Bidang psikologi pendidikan didirikan oleh beberapa perintis bidang psikologi sebelum awal abad ke-20. Ada tiga perintis terkemuka yang muncul di awal sejarah psikologi pendidikan.

William James.
Beberapa setelah meluncurkan buku ajaran psikologisnya yang pertama, Principles of Psychology (1890), William James (1842-1910) memberikan serangkaian kuliah yang bertajuk “Talks to Teacher” (James, 1899/1993) yang mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. James mengatakan bahwa eksperimen psikologi di laboratorium sering kali tidak bisa menjelaskan kepada kita bagaimana cara mengajar anak secara efektif. Proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan merupakan hal terpenting. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di atas tingkat pengeluaran dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak.

John Dewey.
Aplikasikan psikologi di tingkat praktis merupakan buah fikiran utamanya. Banyak ide-ide penting dari John Dewey (Glasseman, 2001, 2002) diantaranya, pertama, pandangan mengenai anak sebagai pembelajar aktif (active learner). Sebelum Dewey mengemukakan pandangan ini, ada keyakinan bahwa anak-anak mestinya duduk diam di kursi mereka dan mendengarkan pelajaran secara pasif dan sopan. Sebaliknya, Dewey percaya bahwa anak-anak akan belajar dengan baik jika mereka aktif. Kedua, ide bahwa pendidikan seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey percaya bahwa anak-anak seharusnya tidak hanya mendapatkan pelajaran akademik saja, tetapi juga harus diajari cara untuk berfikir dan beradaptasi dengan dunia di luar sekolah. Anak-anak harus belajar agar mampu memecahkan masalah secara reflektif. Ketiga, gagasan bahwa semua anak berhak mendapat pendidikan yang selayaknya. Cita-cita demokrasi ini pada masa pertengahan abad ke-19 belum muncul, sebab saat itu pendidikan hanya diberikan pada sebagian kecil anak, terutama anak keluarga kaya. Dewey adalah salah seorang psikolog yang sangat berpengaruh, seorang pendidik yang mendukung pendidikan yang layak bagi semua anak, lelaki maupun perempuan, dari semua lapisan sosial-ekonomi dan etnis.

E. L. Thorndike.
Memberikan banyak perhatian pada penelitian dan pengukuran dan perbaikan dasar-dasar belajar secara ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Thorndike sangat ahli dalam melakukan studi belajar dan mengajar secara ilmiah (Beatty, 1998). Thorndike mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran (O'Donnell & Levin, 2001).

Diversitas dan Psikologi Pendidikan Awal.
Tokoh paling menonjol dalam sejarah awal psikologi pendidikan kebanyakan adalah pria berkulit putih. Sebelum ada perubahan undang-undang dan kebijakan hak-hak sipil pada 1960-an, hanya ada segelintir tokoh non-kulit putih yang berhasil mendapatkan gelar dan bisa menembus rintangan diskriminasi rasial untuk melakukan riset di bidang ini (Banks, 1998). Dua tokoh Amerika keturunan Afrika-Amerika (Clark & Clark, 1939). pada 1971, Kenneth Clark menjadi orang Afrika-Amerika pertama yang menjadi presiden dari negara latin, George Sanchez melakukan riset yang menunjukkan bahwa tes kecerdasan secara kultural telah dibiaskan dan merugikan anak-anak etnis minoritas.

Seperti minoritas etnis lainnya, perempuan juga menghadapi rintangan untuk mendapatkan pendidika yang lebih tinggi dan karenanya dianggap lambat dalam mendapatkan pengakuan atas konstribusi mereka terhadap riset psikologis. Salah satu orang yang sering diabaikan dalam sejarah psikologi pendidikan adalah Leta Hollingworth. Dia adalah orang pertama yang menggunakan istilah gifted untuk mendeskripsikan anak-anak yang mendapatkan skor istimewa dalam tes kecerdasan (Hollingworth, 1916).

Perkembangan Lebih Lanjut.
Pendekatan Thorndike untuk studi pembelajaran digunakan sebagai panduan bagi psikologi pendidikan di paruh pertama abad ke-20. Dalam ilmu psikologi Amerika, pandangan B. F. Skinner (1938), yang didasarkan pada ide-ide Thorndike, sangat memengaruhi psikologi pendidikan pada pertengahan abad ke-20. Pendekatan perilaku ala Skinner menggunakan cara menentukan kondisi terbaik untuk belajar secara tepat. Skinner berpendapat bahwa mental yang dikemukakan oleh psikolog seperti James dan Dewey adalah proses yang tidak dapat diamati dan karenanya tak bisa menjadi subjek studi psikologi ilmiah. Yang menuntutnya adalah ilmu tentang perilaku yang dapat diamati dan ilmu tentang kondisi-kondisi yang mengendalikan perilaku. Pada 1950-an, Skinner (1954) mengembangkan konsep progremmed learning (pembelajaran terprogram), yakni setelah murid melalui serangkaian langkah ia harus terus didorong (reinforced) untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Skinner menciptakan sebuah alat pengajaran yang berfungsi sebagai tutor dan mendorong murid untuk mendapatkan jawaban yang benar (Skinner, 1958).

Tahun 1950-an Benjamin Blomm menciptakan taksonomi keahlian kognitif yang mencakup pengingat, pemahaman, synthesizing, dan pengevaluasian, yang menurutnya harus dipakai dan dikembangkan oleh guru untuk membantu murid-muridnya (Bloom & Krathowohl, 1956). “Perspektif kognitif mengimplikasikan bahwa analisis behavioral terhadap pembelajaran sering kali tidak cukup untuk menjelaskan efek dari instruksi terhadap pembelajaran.” Annual Review of Psychology (Wittorock & Lumsdaine, 1977). Revolusi kogitif mulai berlangsung pada 1980-an dengan mengaplikasikan konsep psikologi kognitif—memori, pemikiran, penalaran, dan sebagainya—untuk membantu murid belajar. Menjelang akhir abad ke-20 banyak ahli psikologi pendidikan kembali menekankan pada aspek kognitif dari proses belajar seperti pernah didukung oleh James dan Dewey pada awal abad ke-20. Selama dekade terakhir abad ke-20, ahli psikologi pendidikan juga semakin memerhatikan pada aspek sosiemosional dari kehidupan murid.

"psikologi pendidikan"

"psikologi pendidikan"

Sabtu, 14 Juni 2014

"psikologi industri dan organisasi"


Perbedaan Functional Job Analysis danPosition Analysis Questionnaire

Functional Job Analysis (FJA)

Dasar tugas FJA adalah wawancara antara seorang analis pekerjaan dan karyawan tentang tugas pekerjaannya, dikombinasikan dengan pengamatan kinerja pekerjaan. Catatan dari kedua observasi dan wawancara membentuk dasar narasi dari pekerjaan. Teknik FJA didasarkan pada premis bahwa semua pekerjaan dapat digambarkan dalam tiga dimensi dasar yang mendasari-interaksi dengan data, orang, dan hal-hal.


 Analis pekerjaan di masing-masing dimensi sesuai dengan kode DOT. Contoh dimensi FJA, pertimbangkan petugas di ruang peralatan kebugaran klub olahraga. Di antara tugas-tugas lainnya, ia dapat menyimpan catatan kehadiran setiap waktu dalam sehari (data), memberikan pendampingan kepada pelanggan yang memiliki pertanyaan-pertanyaan tentang penggunaan peralatan (orang), dan memeriksa peralatan secara berkala untuk keamanan dan memfungsikan (hal-hal).


 Aspek yang sangat penting dari teknik FJA adalah perbedaan yang dibuat antara tugas yang dilakukan dan tujuan (atau hasil akhir) dari tugas. Karyawan di ruang kebugaran mungkin memiliki jabatan "konselor kebugaran pribadi", dan, memang, ia mungkin memiliki gelar khusus atau sertifikasi di beberapa daerah bidang kesehatan atau kebugaran. Namun demikian, jabatan dilakukan dengan tujuan bahwa hal itu merupakan tugas karyawan itu. Ini tidak menggambarkan tugas sendiri.

-          Teknik analisis terstruktur yang menguji rangkaian tugas dalam suatu pekerjaan dan proses pemenuhannya.
-          Membantu menciptakan the Dictionary Occupational Titles (DOT), referensi panduan untuk mengklasifikasi dan mendiskripsikan lebih dari 40.000 jenis pekerjaan.
-          DOT menggunakan the Standard Occupational Classification (SOC), Sembilan digit kode yang menunjukkan kategori pekerjaan dan level jenis pekerjaan yang diminta jenis pekerjaan tertentu.
-          Occupational Information Network (O*NET) merupakan pengganti DOT yang digunakan beberapa tahun terakhir ini, menyediakan informasi tentang kategori pekerjaan, gaji, pelatihan, dan persyaratan kerja.
-          Teknik ini populer karena hemat biaya dan menggunakan diskripsi kerja berdasarkan standar nasional.
-          Sangat membantu dalam  analisis diskripsi kerja untuk banyak posisi sekaligus.
-          Berguna dalam memberikan pencerahan pada pekerja bagaimana untuk sukses dalam pekerjaannya.

·    

Position Analysis Questionnaire (PAQ)

salah satu penelitian yang paling luas di balik itu adalah Position Analysis Questionnaire (PAQ) dikembangkan di Universitas Purdue. PAQ memiliki 194 pertanyaan yang dimasukkan ke dalam enam kelompok; konteks kerja, hasil kerja, proses mental, masukan informasi, hubungan dengan orang lain, dan karakteristik pekerjaan lain. Hasil akhir dari penilaian pekerjaan dalam 194 pertanyaan PAQ merupakan informasi yang cukup tentang bagian-bagian, atau elemen, dari pekerjaan. Hasil dari banyak penyelidikan dalam dimensi dasar pekerjaan (jenis tugas) yang mendasari unsur-unsur ini agak sesuai dengan bentuk data yang digunakan PAQ dan metode analisis.

-          Teknik analisis pekerjaan yang menggunakan kuessioner tertutup dalam menganalisis pekerjaan berdasarkan pada 187 ketetapan kerja dan terbagi dalam 6 kategori.
-          Ketegori :
1.      Input informasi
Bagaimana pekerja memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaannya.
2.      Proses mental
Pemikiran, penalaran, dan pengambilan keputusan yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan.
3.      Output kerja
Tugas yang harus dikerjakan pekerja dan alat atau mesin yang dibutuhkan untuk menjalankannya.
4.      Hubungan interpersonal
Jenis hubungan atau kontak dengan rekan kerja yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan.
5.      Konteks kerja
Konteks fisik atau sosial dimana pekerjaan tersebut dijalankan.
6.      Karakteristik

Aktifitas, kondisi, dan karakteristik lain yang relevan dalam pekerjaan tersebut.

-          Keenam kategori perangkat kerja ini masing-masing diukur dengan 6 kategori, yaitu:
Kegunaan, kepentingan, waktu, aplikasi, kemungkinan kejadian, dan kode khusus.
-          Teknik ini menghasilkan profil pekerjaan yang terperinci yang nantinya dapat digunakan untuk membandingkan pekerjaan dengan posisi yang sama atau mirip pada organisasi yang berbeda.
-          Merupakan teknik riset analisis pekerjaan yang kajiannya paling dalam
-          Dalam penelitian, teknik ini telah digunakan untuk mengidentifikasi kesamaan antara kelas yang berbeda dari pekerjaan dan kesamaan kelas dari pekerjaan pada organisasi yang berbeda.
-          Teknik ini lebih akurat dilakukan oleh seorang ahli job analisis daripada orang lain termasuk pengemban pekerjaan itu sendiri.