PERFORM / PRODUK KREATIVITAS
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
Membuat perform atau produk hasil dari mengasah potensi kreativitas merupakan target utama
dalam mata kuliah kreativitas. Kelas dibuat sedemikian menantang dan kreatif agar tidak membosankan.
A.
Teori
tentang Proses Kreatif
Teori Wallas
Teori Wallas dikemukakan pada tahun 1926 dalam bukunya The Art of Thought, yang
menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu:
1.
Persiapan, yaitu mempersiapkan diri dalam memecahkan permasala-han yang muncul.
2.
Inkubasi, yaitu tahap dimana untuk sementara waktu tidak memikirkan
masalah yang muncul tersebut.
3.
Iluminasi, yaitu tahap timbulnya insight atau yang biasa disebut dengan inspirasi dan gagasan
baru.
4.
Verifikasi, yaitu tahap evaluasi dimana ide atau gagasan
yang ditemukan diuji
kerealitasannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, kami akan mengaitkan teori Wallas tersebut dengan kegiatan
kelompok kami.
1.
Persiapan
Pada tahap ini, berbagai ide atau gagasan
muncul dan berbeda-beda setiap individunya. Awalnya, ada dua ide muncul dalam
kelompok kami, yaitu membuat video dan menampilkan drama.
2.
Inkubasi
Setelah berhasil menemukan beberapa
ide, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dan membiarkan ide-ide tersebut
beku sejenak, karena kami juga
masih bingung pada saat itu.
3.
Iluminasi
Setelah melewati tahap inkubasi,
kami memutuskan untuk berdiskusi lagi
karena ternyata deadline sudah di depan mata dan harus sudah diputuskan perform
atau produk apa yang harus kami munculkan
untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah
kreativitas. Hingga akhirnya kami
memutuskan untuk membuat produk “olahan coklat” yang sebenarnya berbeda jauh dari ide awal kami saat
persiapan.
4.
Verifikasi
Tahap verifikasi berlangsung
tidak lama setelah proses iluminasi, dimana ide atau gagasan
yang kami sepakati
diperjelas dengan membuat produk
olahan coklat yaitu “membuat miniatur rumah coklat”
B.
Teori
Pemecahan Masalah Menurut Shallcross
Setelah di awal tadi kami
menjelaskan tentang bagaimana proses kreativitas kelompok kami
berdasarkan teori Wallas, kali ini kami akan menjelaskannya dari sudut pandang teori Shallcross.
Proses Lima Tahap (Shallcross)
Teknik pemecahan
masalah secara kreatif yang
dikemukakan oleh Shallcross (1985) meliputi lima tahap, yaitu orientasi,
persiapan, penggagasan, penilaian, dan pelaksanaan atau
implementasi.
1.
Orientasi
Pada tahap ini, masalah dirumuskan
atau mulai menentukan tujuan, dalam hal ini adalah karena adanya pemberian tugas dari dosen mata kuliah kreativitas tentang membuat perform dalam kelompok.
2.
Persiapan
Pada tahap persiapan, kami menghimpun semua fakta yang sudah diketahui mengenai masalah dan mulai mengumpulkan data. Karena adanya tugas dari dosen, maka kami mulai mencari ide untuk
perform.
3.
Penggagasan
Pada tahap
penggagasan, kami mulai menerapkan cara berpikir
divergen untuk menghasilkan gagasan
sementara untuk pemeca-han masalah. Pada tahap ini, mulai memikirkan konsep apa
yang ingin dihadirkan dalam perform. Ada tiga ide kami, yaitu membuat video, menampilkan
drama, dan membuat produk “miniatur rumah cokelat”.
4.
Penilaian
Pada tahap
penilaian, kami menerapkan cara berpikir konvergen,
yaitu
menyeleksi gagasan yang
paling baik untuk
dilaksanakan, dengan mempertimbangkan kelayakan dari setiap gagasan,
yaitu dengan membuat matriks.
Matriks gagasan dan kriteria
penilaian gagasan
IDE
|
ORIGINALITAS
|
WAKTU PEMBUATAN x 3
|
BIAYA
|
EKSPEKTASI
|
JUMLAH SKOR
|
PRODUK MINIATUR RUMAH COKLAT
|
4
|
4
|
3
|
4
|
23
|
BUAT FILM PENDEK
|
3
|
2
|
4
|
3
|
16
|
BUAT DRAMA
|
2
|
3
|
2
|
4
|
17
|
Ketentuan penilaian:
5 = baik sekali
4 = baik
3 = cukup baik
2 = kurang baik
1 = kurang sekali
Dari tabel tersebut, didapat hasil skor tertinggi ada pada produk “rumah coklat”
5.
Pelaksanaan
atau implementasi
Tahap pelaksanaan atau implementasi
merupakan tahap terakhir dalam proses pemecahan masalah secara kreatif, yang nanti akan dilaksanakan setelah UTS.
Ilustrasi Rencana Produk
TESTIMONI
·
Ilmi Khoir
Purba:
Awalnya
kelompok kami memiliki beberapa rencana untuk performa kami. Namun akhirnya
kami memilih membuat produk yang
bahan utamanya adalah coklat. Coklat ini kami bentuk menjadi bentuk rumah
(rumah coklat). Ide membuat rumah coklat menurut saya menarik. Itu karena saya
juga menyukai coklat. Biasanya
saya hanya mengetahui coklat batang saja. Rumah coklat akan menjadi inovasi yang berbeda.
·
Arifa Ulia
Bahri
Saya menyukai yang namanya
coklat, semua yang bertemakan coklat. Warna, baju, sepatu, tas, handuk desain
kamar seperti lemari, karpet, apalagi makanan bercoklat, menjadi hal yang saya
kagumi. Melalui kerjasama bersama kelompok, saya ingin merasakan
bagaimana membuat sendiri bahan coklat menjadi satu produk yang bisa
kemungkinan akan lebih saya kagumi dan bisa dibanggakan, tentunya bisa dimakan
juga.. semoga kita berhasil ya teman-teman sekelompokku!!!
·
Alifia
Ridha Pratiwi
Saya sangat menyukai coklat dan
berbagai
produk olahan coklat. Saya juga sering membuatnya sendiri. Dulu, ketika saya masih
SMP dan SMA, saya rajin sekali membuat praline (coklat yang dicetak dengan berbagai bentuk dan rasa). Mengolah coklat secara berbeda menjadi tantangan untuk saya dan
kelompok saya dan kedengarannya “rumah coklat” menarik sekali untuk dicoba
·
Dinda
Sundari
Coklat?
Coklat itu sama dengan obat badmood. Kenapa obat? Karena biasanya kalo lagi badmood pasti nyari
makanan yang
mengandung coklat. Niatnya sih buat
balikin mood yang lagi
jelek. Pokoknya suka banget deh sama yang namanya coklat. Gak kebayang kalo sampe punya rumah dari coklat. Mungkin bisa habis deh itu rumah. Dan untuk
sementara, miniaturnya juga boleh untuk dicoba J
·
Syafira
Hairy Sani
Saya suka
banget
coklat. Coklat itu penghilang
badmood yang
ampuh. Bisa-bisa habis satu karton coklat kalo gak di-stop. Intinya gak pernah bosen makan coklat. Siapa sih yang bosen makan coklat? Yang aku tahu coklat itu kalo gak batangan ya yang dicetak-cetak bentuk macem-macem itu lho. Kalo
miniatur rumah coklat… pernah sih liat di google, tapi belum pernah liat aslinya. Seandainya miniatur
itu dibuat sendiri, pasti keren banget!