Arifa Ulia Bahri_131301053 (vygotsky)
Riyan Kurnia Aswari_121301060 (vygotsky)
Azrah s_131301017 (brofenbrenner)
Elvira Deviyanti N_131301041 ( brofenbrenner)
Khalishah Fitri_131301049 (vygotsky)
Ini ceritaku….!!! (with vygotsky’s teory)
Vygotsky menyatakan
bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kultur, perkembangan
anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kuktural ( Holland,
dkk.,2001). Perkembangan memori, perhatian, dan nalar, melibatkan pembelajaran
untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat. Teorinya mengandung pandangan bahwa pengetahuan
itu dipengaruhi oleh situasi dan bersifat kolaboratif ( Bearison & Dorval,
2002; Maynard, 2001). Memperoleh pengetahuan dapat dicapai dengan baik melalui
interaksi dengan orang lain dalam kegiatan bersama.
Waktu zaman-zaman
sekolah dasar, saya itu model anak yang
pendiam dan pemalu. Sekolah, pulang, kursus di rumah dan jarang berinteraksi
dengan orang lain. Hal ini membuat saya menjadi anak yang fasif. Lulus dari
sekolah dasar, SMP saya hanya berjarak sekitar empat rumah dari rumah saya.
Suasana ini semakin mendukung saya menjadi anak yang pemalu dan fasif. Lulus
dari SMP, saya menemukan SMA yang jauh dari rumah dan sekolah berasrama. Hal
ini menuntut saya untuk berusaha berinteraksi dengan baik dengan orang-orang
baru yang saya temui dan akan hidup bersama. Di dukung juga dengan sistem pembelajaran
di SMA serta tuntutan pembentukan citra diri di masyarakat yang kemudian
mengubah saya menjadi anak yang aktif dan mudah bergaul.
Salah satu ide unik
vygotsky adalah tentang zone of proximal developmental yaitu, istilah untuk
serangkaian tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai anak secara sendirian
tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang lain atau teman yang lebih mahir. Ada
batas bawah dari ZPD yaitu, tingkat problem yang dapat di pecahkan oleh anak
seorang diri. Dan batas atas yaitu, tingkat tanggung jawab atau tugas tambahan
dengan bantuan dari instruktur.
Waktu saya
berumur kira-kira 5 tahun, ayah saya membelikan saya hadiah sebuah sepeda.
Nah.. untuk mengendarai sepeda baru itu, saya pun berusaha belajar
mengendarainya. Awalnya saya bingung apa yang harus saya lakukan dahulu, hanya
duduk di atas sepeda dan mendorong-dorongnya. Ayah saya pun datang untuk
membantu saya belajar mengendarai sepeda baru tersebut. Awalnya saya
diperkenalkan dengan bagian-bagian dari sepeda, yang ini rem, ini buat ngayuh
sepeda,, dan yang lainnya. kemudian saya dibantu duduk tegak diatas sepeda dan
di ajari menjaga keseimbangan. Setelah mampu menjaga keseimbangan dengan baik (
batas bawah ZPD) berikutnya ( di beri batas atas ZPD) saya dibantu dan diajari
mengayuh sepeda hingga akhirnya saya bisa mengendarai sepeda itu dengan baik.
Scaffolding adalah
sebuah teknik yang sangat berhubungan dengan zone of proximal
developmental. Scaffolding ini merupakan
teknik untuk mengubah level dukungan. Selama proses pengajaran, instriktur
menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan level kemampuan yang telah dikuasai
murid. Ketika murid mendapat tugas baru, instriktur akan menggunakan teknik
instruksi langsung. Ketika kemampuan murid sudah meningkat, maka bimbingan pun
akan semakin dikurangi.
Saat
belajar bersepeda, setelah ayah saya memperkenalkan bagian-bagian dari sepeda,
ayah pun memnyemangati bahwa saya pasti bisa. Mulai dari belajar keseimbangan
saya terus di semangati dan di iming-imingi dengan hadiah permen jika saya
berhasil menjaga keseimbangan di atas sepeda. Setelah berhasil dan mendapatkan
permen saya semakin bersemangat untuk belajar tahap berikutnya. Dengan terus di
dukung saya belajar mengayuh sepeda tersebut. Satu kali berhasil mengayuh saya
di berikan sorakan meriah, dua kali berhasil mengayuh saya kemudian di beri
tepuk tangan. Mulai meningkat lagi ayah saya pun sekedar tersenyum pada saya,
hingga akhirnya saya mampu mengayuh sepeda dengan baik. Dan kemudian saya pun
di biarkan mempelajarinya dengan sendiri.